Selasa, 22 Februari 2011

SISTEM PEREKONOMIAN DUNIA

Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan.
Perekonomian terencana
Ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu komunisme dan sosialisme. Sebagai wujud pemikiran Karl Marx, komunisme adalah sistem yang mengharuskan pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor produksi. Namun, lanjutnya, kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanyalah sementara; Ketika perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada para buruh. Uni Soviet dan banyak negara Eropa Timur lainnya menggunakan sistem ekonomi ini hingga akhir abad ke-20. Namun saat ini, hanya Kuba, Korea Utara, Vietnam, dan RRC yang menggunakan sistem ini. Negara-negara itu pun tidak sepenuhnya mengatur faktor produksi. China, misalnya, mulai melonggarkan peraturan dan memperbolehkan perusahaan swasta mengontrol faktor produksinya sendiri.
Perekonomian pasar
Perekonomian pasar bergantung pada kapitalisme dan liberalisme untuk menciptakan sebuah lingkungan di mana produsen dan konsumen bebas menjual dan membeli barang yang mereka inginkan (dalam batas-batas tertentu). Sebagai akibatnya, barang yang diproduksi dan harga yang berlaku ditentukan oleh mekanisme penawaran-permintaan.
Perekonomian pasar campuran
Perekonomian pasar campuran atau mixed market economies adalah gabungan antara sistem perekonomian pasar dan terencana. Menurut Griffin, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang benar-benar melaksanakan perekonomian pasar atau pun terencana, bahkan negara seperti Amerika Serikat. Meskipun dikenal sangat bebas, pemerintah Amerika Serikat tetap mengeluarkan beberapa peraturan yang membatasi kegiatan ekonomi. Misalnya larangan untuk menjual barang-barang tertentu untuk anak di bawah umur, pengontrolan iklan (advertising), dan lain-lain. Begitu pula dengan negara-negara perekonomian terencana. Saat ini, banyak negara-negara Blok Timur yang telah melakukan privatisasi—pengubahan status perusahaaan pemerintah menjadi perusahaan swasta.

KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA

Setelah mengalami krisis sejak pertengahan tahun 1997, gejala stabilisasi perekonomian mulai terlihat di tahun 1999. Indikatornya antara lain perlambatan laju inflasi dan membaiknya pertumbuhan ekonomi, menurut data BPS, tingkat inflasi pada periode ini adalah sebesar 2,01% dimana tahun sebelumnya angka tersebut sempat mencapai 77,6%. Pertumbuhan ekonomi yang semula anjlok sebesar (13,6%), diperkirakan juga bisa tumbuh positif pada tingkat 0,12%.
Namun demikian, dibandingkan dengan Thailan dan korea yang juga mengalami krisis pada waktu yang sama, pemilihan ekonomi indonesia tertinggal sekitar 1 hingga 1 1/2 tahun. Kedua negara tersebut sudah mengalami pertumbuhan ekonomi positif yang cukup besar sehingga mereka berani melepaskan diri dari program IMF.
Ketertinggalan itu lebih diakibatkan adanya gejolak ekonomi dan politik yang tidak kunjung reda. Hal ini terlihat di tahun 2000, inflasi meningkat ( Januari – Desember 2000 ) menjadi 9,35% dan 7,48% di tahun 2001 ( januari – agustus 2001 ). Pertumbuhan ekonomipunmenurun dari 4,8% ditahun 2000 menjadi sekitar 3,5% ditahun 2001.
Ketertinggalan kita juga terlihat dari gejolak mata uang rupiah yang masih terus berlangsung dengan tingkat volatilitas yang sangat tinggi. Rupiah memang sempat menguat Rp. 6.800,- per USD sejak pemilu sampai setelah pemilihan presiden di tahun 1999, namun kemudian melemah kembali menjadi Rp. 7.300,- per USD pada pertengahan desember 1999. Volatilitas ini terus berlanjut bahkan nilai rupiah di akhir tahun 2001 ini berada di kisaran Rp. 10.500,- per USD, nilai tukar yang jauh lebih tinggi di bandingkan fair value - nya.
Demikian pula dengan Index Harga Saham Gabungan ( IHSG ) di Bursa Efek Jakarta yang sempat menembus angka 700 setelah Pemilu, kembali melemah sampai dibawah 600, bahkan sempat dibawah 400 di tahun 2001. Selain itu, antara bulan januari sampai september 1999, aliran modal swasta masih defisit 16,1 milyard USD, atau lebih tinggi 10,1 milyard USD dari tahun sebelumnya. Banyak analis mengatakan bahwa hal ini diakibatkan oleh berlanjutnya dinamika sosial dan politik di tanah air.